Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Ibu Mengabaikan Anaknya di Alam Rahim

image: forestlanepediatrics.com

'' Wahai Tuhanku maafkanlah dosa-dosaku, dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil ''

Doa di atas merupakan pernyataan yang begitu lazim kita dengar, Bahkan sangat akrab. Sejak kecil.

Kita telah diwajibkan untuk menghafalnya, sebagai hadiah kepada orang tua guna menjadi anak yang berbakti. Namun, pernahkah kita menyadari bagaimana lapisan doa ini, dan bagaimana jika benar doa itu diterima oleh Tuhan?. Doa tersebut, adalah doa bersyarat. Seorang anak yang berdoa kepada kedua orang tuanya; Sayangilah kedua orang tuaku, sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.  Yang perlu kita garis bawahi di sini “sebagaimana ia menyayangiku diwaktu kecil” benarkah orang tua kita telah menyayangi sejak kecil? 

Sering kita mendengar, engkau sangat aku sayangi bahkan sebelum engkau menghembuskan nafas di dunia aku telah mencintaimu. Demikian gambaran kasih sayang orang tua kepada anaknya. Sebelum kelahiran anak, terlebih dahulu bersemayam di dalam rahim kurang lebih sembilan bulan, urusan rahim berarti urusan perempuan. 

Perempuan terlepas dari berbagai “keunikannya” merupakan Mahakarya Ilahi yang begitu kompleks, namun sering terintimidasi dikarenakan kelemahan fisiknya. Pemahaman bersama, ada baiknya diobrolkan sejak saat ini. Sebab dari perempuanlah kita lahir. Perempuan memiliki mesin, mesin pencipta manusia. Perempuan memiliki sel ovum yang pembuahannya antara 2/4/8 pada umumnya hanya 1, sangat jarang  kita menemukan kelahiran kembar 8. Untuk sperma laki-laki umumnya mencapai 2-4,5 ml dengan jumlah 250 juta sel. Jumlah demikian dan pemenangnya hanya satu. Kita lahir sebagai pemenang, pantaskah diri kita saat ini yang telah melalui banyak proses bermental lemah?

Wanita atau perempuan di dalam rahimnya proses manusia berawal, dari zigot kemudian berubah menjadi janin, dalam waktu tertentu otak, telinga, mata dan segala mekanismenya tercipta. Setelah itu akan keluar menjadi bayi. Mari berkaca, ibu-ibu Jepang saat hamil mereka menyelesaikan rumus-rumus matematika merangsang otak bayinya sejak di dalam kandungan. Ibu-ibu Yahudi berkumpul dalam sebuah majelis mengkaji kitab suci. Ibu-ibu Palestina ketika hamil mengkaji Al-Qur’an, bagaimana dengan ibu-ibu yang ada di Indonesia?. Belajarkah, atau “maaf” biasanya gosip. Kita sama sekali tidak memiliki ukuran masa kecil, ‘’sebagaimana ia menyayangiku sejak kecil’’. Ibu yang memiliki daya cinta yang tinggi akan mendidik anaknya sejak ia berada di dalam rahim. 

Setelah satu minggu pembuahan zigot tercipta. Kemudian berubah menjadi Janin dan otak pun muncul bergerak lagi terciptalah telinga. Ilmuwan menamainya dengan kinestetik. Penciptaan telinga lebih awal mencirikan manusia bersifat auditori. Biasanya ibu-ibu akan memutarkan musik untuk cabang bayi, ibu-ibu dahulu di pedesaan akan menyanyikan lagu menyongsong kebahagiaan telah dikaruniai anak. Setelah anak keluar melewati alam rahim, namanya berubah menjadi bayi. Dari umur 0-5 tahun volume gelombang otak bayi akan meningkat 80%.

Surga berada di telapak kaki ibu. Secara tekstual di kaki ibu tidak akan kita temukan apa-apa. Di dalam tubuh perempuan ada rahim, sebagai madrasah awal untuk bayi, Ibulah rektornya. Sewaktu Muhammad ditanyai, kepada siapa kita berbakti atau pertama kali dipatuhi di dunia ini?, Jawabannya adalah ibumu, diulang-ulanginya sebanyak tiga kali. Tiga kali kualitas perempuan di bandingkan dengan laki-laki. Ibumu berarti perempuanmu. Surga ditelapak kaki ibumu, mari kita garis bawahi kata kaki, kaki berarti kekuatan yang menopang seluruh tubuh juga bermakna kukuasaan setelah Tuhan menggambarkan diriNya dengan “Yadallah” (kekuasaan Allah). 

Kekuatan anak atau kekuasaan anak setelah lahir ke dunia sangat tergantung dari kasih-sayang ibu yang mendidik anaknya sejak kecil, sejak ia di alam rahim. Apabila anak terdidik dengan baik, maka Surgalah bagi si anak, namun apabila anak tidak dididik di alam rahim, maka nerakalah bagi si anak. Kita sering mendengar seorang ibu yang menangis karena ulah anaknya. Jangan heran dulu, coba tanyakan masa-masa anak tersebut sejak di dalam rahim?, Bisa jadi doa anak diterima! Mereka terabaikan di alam rahim. Sebagaimana ia menyayangiku sejak kecil! Seorang ibu yang tidak memahami dunia anak-anak membesarkannya dengan marah-marah, melotot, melarang, cubitan bahkan pukulan. Ingatlah, kelak mereka akan mendoakanmu, sebagaimana ia menyayangiku sejak kecil!

Perempuan itu ibarat tulang rusuk yang bengkok. Kalimat imperative (pola timbal balik). Yang ditekan dalam kata ini adalah tulang rusuknya, bukan bengkoknya. Tulang rusuk bermakna kekuatan, sebab ia melindungi organ vital di dalam badan, Melindungi liver, jantung, dan paru-paru, Menjaga nafas kehidupan, Menjaga Negara. Dalam Islam bisa dikatakan “perempuan adalah tiangnya agama”. Sederhana untuk merusak sebuah Negara, rusaklah perempuannya. Rusak perempuan rusak anak, rusak anak rusaklah Negara. Ingat! Tiga kali kualitas perempuan dibandingkan laki-laki. Ibumu, ibumu, ibumu.

Penulis : Acca / Arbamedia