Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peristiwa Dahsyat Saat Nabi Musa Memohon Air Pada Tuhan untuk Umatnya

image: daatelyon
Air merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Sekitar 80% dalam tubuh kita ini mengandung air. Air datangnya dari sungai dan uapan air laut, lalu terangkat ke langit membentuk awan, setelah berkumpul, maka tiba waktunya turun hujan. Dari hujan tersebut akar tanaman menjadi kuat, pohon-pohon tumbuh subur, buahnya akan muncul dan bisa untuk kita konsumsi. Daun-daunnya mengeluarkan oksigen, Agar manusia bisa bernafas dengan sehat. 

Manusia adalah pemimpin di muka bumi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengerti rakyatnya. Dari kepemimpinannya, masyarakat merasa nyaman dan aman. Namun seringkali pemimpin dihujat karena dianggap tidak becus mengawal rakyatnya, sementara kita manusia tidak pernah menghujat diri sendiri karena membiarkan pohon ditebang.

Akhir-akhir ini, ramai media mengabarkan tentang shalat Istiqsa(meminta hujan). Di Jawa, Bulan yang berakhiran “ber”, okto”ber”, novem”ber” dan desem”ber”, adalah bulan hujan, pembukaannya berada pada bulan Agustus. Saat ini sampai akhir bulan Oktober hujan tak kunjung datang. Di awal bulan Agustus pulau Sumatera merayakan ‘’pesta asap’’ akibat kebakaran hutan. Sampai saat ini hutan-hutan yang terbakar belum juga bisa dipadamkan. Dan shalat Istisqa pun digelar di kota-kota.

Sejak zaman dahulu kekeringan memang sering terjadi. Untuk pertama kalinya Nabi Musa melakukan ritual meminta hujan yang disebut dengan shalat istisqa. Demikian dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 60, “ dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya....”. Musa adalah seorang Nabi dan juga Rasul, perjalanan-perjalanan Rasul merupakan perjalan yang akrab dengan suka dan duka. Tugas seorang Rasul menyampaikan berita gembira, namun pertentangan-pertentangan sudah menjadi ujian. Semua kisah ke-Rasulan bukanlah kisah yang heroik, melainkan kisah filosofis yang dari padanya kita bisa mengambil banyak pelajaran. 

Nabi Musa pernah dikejar oleh Fir’aun, Nabi Musa dipermainkan dengan umatnya yang mempunyai banyak permintaan, Nabi Musa hendak dibunuh dan sebaginya. Apa yang diajalani seorang Rasul pastinya jalan yang lurus. 17 kali doa ini kita ucapkan sehari semalam di setiap shalat, “ihdinas siraathal mustaqiim”: Ya Allah tunjukkanlah aku jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah jalan ke-Rasulan, yakni jalan yang penuh dengan rahmat dan ridho Allah SWT. 

Kita diminta untuk mengingat-ingat, mengingat berarti sejenak bertafakkur setelah mempelajari kisah dari Nabi Musa. Mengingat bukan berarti berdiam diri, mengingat harusnya menggerakkan untuk kita mencari kisah nabi Musa yang akan bertautan dengan kisah-kisah Nabi yang lain. Dan (ingatlah), kata ingat ini harusnya menjadi keinsafan bagi kita semua yang jarang mengingat atau telah lupa,tidak tau, ataukah tidak mau tau tentang kisah kenabian, sekali lagi  kisahnya Nabi Musa. Jikalau kisah nabi-nabi tidak diketahui, pastinya karena tidak pernah dipelajari. Mari ber-iqra.

Kata selanjutnya “ketika Musa memohon”, Yang mana “Memohon” asal kata dari ''Pohon'', maka di setiap doa akan kita sebutkan “memanjatkan doa” memanjatkan berarti “panjat”, ada usaha untuk mendaki, ada usaha untuk mengangkat badan bergerak ke atas. Bila tidak pernah memanjat berarti harus belajar memanjat. Di dalam doa ada usaha, di dalam doa ada kebiasaan, di dalam doa ada ikhtiar untuk bisa sampai ke atas. Jika seorang Rasul memohon doa, tentunya dikabulkan doa tersebut, karena lakunya adalah laku jalan yang lurus. Lantas bagaimana dengan manusia biasa yang tidak pernah berperilaku “jalan yang lurus”, akankah Tuhan mengijabah doa ini?..

Musa meomohon kepada Tuhan “air” untuk kaumnya. Mari kita mengurusi kata air. Thales, filosof Yunani mengatakan: manusia berasal dari air. Pernyataan ini menggambarkan betapa air menjadi hal paling penting dalam tubuh manusia. Manusia bisa saja tiba-tiba pingsan bila asupan air dalam tubuhnya tidak tercukupi. 

Bukan hanya tubuh, tetapi tanaman juga membutuhkan air, yang menjadi makanan pokoknya. Dalam surah Ar-Raad ayat 4 Allah berfirman :

 “ Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama.....”. 
Allah SWT telah mengatur sedemikian rupa masing-masing rezeki untuk manusia, dan segala jenis ciptaanNya. 

Namun dewasa ini pepohonan ditebang secara membabi buta, dibakar, dimusnahkan karena dianggap mengganggu bentuk rumah bangunan modern. Kita lupa, akar-akar pohonlah yang berdoa meminta air, Al Hajj ayat 18 “ Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang di langit dan di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon....”pepohonan bersujud, menyembah atau berdoa. Pepohonan bertasbih berdoa datangnya hujan, manusia menebang pohon setelah itu shalat Istisqa meminta hujan? …

Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di bumi. Di atas bumi manusia bertebaran mencari rezeki, di atas bumi pula pepohonan tersebar menghiasi semesta. Masing-masing memiliki tugas menjaga keseimbangan alam. Mudah-mudahan dalam tulisan singkat ini, akan lekas terjadi keinsafan untuk menjaga pohon yang akarnya berdoa datangnya hujan, dan dari padanya manusia bisa minum, membersihkan badan, mengairi sungai dan bercocok tanam. Doa meminta hujan juga merupakan doanya pohon-pohon. Mari budayakan menanam dan merawat tanaman mulai sekarang. Jaga lingkungan, Jaga sikap, Jaga keimanan dan ketaqwaan. Salaam..

Penulis : Acca / Arbamedia