Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peristiwa Datangnya Surat-surat Rasulullah Kepada Para Raja

image: deviantart
Keluarga yang  damai bahagia tidak lepas dari kepemimpinan ayah sebagai kepala rumah tangga. Dan hal tersebut terus ‘’beringsut’’ ke kelurahan, desa, Kabupaten, sampai ke Negara, sehingga peran pemimpin sangat menentukan. Dengan penuh kesuksesan Rasulullah Muhammad SAW berhasil mencerdaskan Arab menjadi Negeri yang beradab. Di mana beliau telah menyelesaikan amanahnya sebagai seorang utusan Allah SWT, untuk menyebarkan agama Islam mulai dari berbagai penjuru wilayah di muka bumi. Yang mana salah satunya yakni melalui datangnya surat-surat beliau kepada para raja di zaman itu.

Sehingga dari surat-surat beliau yang telah dikirimkan, membuahkan berbagai macam tanggapan yang menjadi jalan dakwah beliau dalam menegakkan agama Allah SWT. Berbagai seruan dan ajakan telah tertulis dalam surat-surat tersebut. 

Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW telah menyajikan gerak perjuangan yang tidak mengenal rasa lelah. Diantaranya beliau menulis surat kepada Najasyi (raja Habasyah), dia masuk Islam setelah menerima surat dari Muhammad SAW. Muhammad SAW dibantu oleh Zaid Bin Tsabit yang bertugas sebagai penulis, menuliskan surat kepada penguasa Ethiopia. Demikian kutipan suratnya dalam buku karya Zulfa Simatur, yakni ‘Surat-surat yang mengubah Dunia’. 

Dari Muhammad Rasulullah, salam kepada Najasyi pembesar Alhabasyah”, Isi surat Rasulullah mengandung ajakan untuk beriman kepada Allah SWT, dan tidak mempersekutukan Allah dengan apapun. Di dalam isi surat itu pun Rasulullah menyentuh tentang keimanan Ethiopia dengan sangat santun. ”Saya bersaksi bahwa Isa Bin Maryam  adalah tiupan ruh dari Allah yang terjadi dengan kalimat-Nya. Rasulullah memahami betul dengan siapa Beliau mengirim surat. 

Demikian isi surat Rasulullah yang mengandung ajakan :
 
Saya mengajak anda kepada Allah yang Esa, tidak mempersekutukan sesuatu bagi-Nya, taat patuh kepada-Nya, lalu mengikuti saya dan meyakini ajaran yang datang kepada saya. Sesungguhnya saya utusan Allah. Saya mengajak anda dan tentara anda kepada Allah yang Maha Perkasa dan Maha Agung. Saya telah menyampaikan dan menasehati. Maka, terimalah nasihat saya. Salam bagi yang mengikuti petunjuk ini.

Kemudian Annajasyi membalas Surat dari Rasulullah SAW, dan menyatakan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah adalah kebenaran. Selanjutnya, Rasulullah mengirimkan surat ke Raja Heraklius. Sebelum surat dari Rasulullah dibacakan, Heraklius mengajukan beberapa pertanyaan kepada si pembawa surat (Dahyah Al Kalbi), termasuk kepada Abu Sufyan yang memenuhi panggilan Raja. Diantaranya pertanyaan raja tersebut ialah :

 1). Apakah kakeknya ada yang pernah menjadi Raja?, Jawab Abu Sufyan: Tidak ada. Kemudian Raja melanjutkan, ‘’jika sekiranya ada maka saya berdalih, Muhammad hanya akan mengembalikan kekuasaan leluhurnya’’.

 2). Apakah ada seseorang yang murtad karena benci kepada agamanya setelah memeluknya?, Abu Sufyan menjawab: Tidak ada. Raja mengomentari, begitulah halnya perkara iman ketika telah bercampur pesonanya dengan hati, tidak seorangpun membencinya.

3). Apakah mereka bertambah atau berkurang?, Terus bertambah, jawab Abu Sufyan. Raja menanggapi, begitulah halnya perkara iman sampai dia sempurna.

Setelah itu Raja meminta untuk dibacakan suratnya, isi Surat hampir sama dengan surat-surat yang lain mengajak untuk beriman kepada Allah, masuk ke dalam agama Islam. Sempat terjadi kegaduhan setelah surat itu dibacakan, Abu Sufyan dan Dahyah Al-kalbi diminta untuk meninggalkan ruangan.

Az-Zuhri berkata, “Lalu kaisar Romawi menyeru kepada pembesar Romawi, ‘’apakah kalian mau jaya dan kerajaan kalian tetap langgeng (maksud Raja untuk mengikuti ajakan masuk Islam)?’. Lalu pembesar Romawi berontak, melempari pintu hingga pintu ditutup. Selanjutnya Raja berkata, ‘’sesungguhnya saya hanya ingin menguji kalian sampai dimana kecintaan terhadap agama nenek moyang kita, dan saya bahagia dengan sikap kalian. Kemudian mereka pun bersujud dan ridha atas ungkapan Raja” (HR. Bukhari).

Berbeda halnya dengan Raja Muqauqis di Mesir, Rasulullah mengirim Haatib  Bin Balt’ah untuk menyampaikan surat kepadanya. Raja Muqauqis sangat bahagia dengan kedatangan Nabi penutup, sebagaimana yang tertera pada kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu utusan tersebut diberi uang sejumlah seratus dinar. Untuk Rasulullah diberi lima orang budak, diantaranya Maria Al-Qitbiya yang pada akhirnya menjadi istri Rasul dan melahirkan anak yang bernama Ibrahim. Selanjutnya, wafatnya Ibrahim menjadikan Muhammad SAW memilih untuk beri’tikaf di gua Hira.

Kepada Haatib, Raja Muqauqis berkata, “ saya sudah ketahui bahwa sudah ada Nabi yang akan muncul, saya kira lahirnya di Negeri Syam, ternyata di Arab di bumi yang gersang dan miskin”. Raja Muqauqis takut rakyatnya tidak akan mematuhinya lagi bila ia meninggalkan kepercayaan lamanya. Raja masih menyayangi kedudukannya sebagai pemimpin. Kemudian Raja melanjutkan “saya yakin Muhammad SAW pasti berhasil, dan Raja berpesan agar obrolan keduanya tidak diketahui oleh siapapun.

Dengan surat-suratnya, Muhammad SAW telah menyebarkan agama Islam, Sekaligus memberikan informasi datangnya utusan yang terakhir. Surat-surat ini telah menyebarkan pengaruh agama Islam di berbagai belahan dunia, juga mengenalkan sosok Muhammad SAW yang terpercaya.

Ditulis Oleh : Acca  /  Arbamedia