Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dua Orang Ini Membuat Allah SWT Tertawa Melihatnya

image from: twcenter.net
Allah SWT selalu memberi peluang bagi setiap makhluk-Nya, peluang berbuat kebajikan dan memperbaiki diri.  Sedangkan keadaan manusia ketika hidup di dunia pun juga bermacam-macam.  Berdasarkan tingkat keimanan mereka masing-masing, seseorang tentu ada yang ingkar, beriman, tidak taat kemudian bertaubat sampai akhirnya menemukan kebenaran hakiki, bahkan orang taat kemudian terpengaruh hawa nafsu akhirnya membelot. 

Dilihat dari faktor kehidupan,  Manusia bisa saja merasa sedih, gelisah, gembira, tertawa, dan sebagainya. Itulah keragaman sifat manusia sehingga mampu menciptakan ekosistem kehidupan penuh warna. Semua itu Allah yang menghendakinya bukan…?, Oleh karenanya Sang Maha Pencipta pun turut tertawa ketika melihat dua orang lelaki mengaplikasikan prilaku mengagumkan, sampai keduanya masuk surga.

Kisah tertawanya Allah SWT ini memang sudah ditetapkan karena terdapatnya hadits nabi menjelaskan demikian.  Ketetapan sifat “ Tertawa ” Allah juga diutarakan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah, bahwa para ulama salaf bersepakat menetapkan terdapatnya (sifat) “Tertawa” pada  Allah SWT. Namun perlu diingat, bahwa seorang muslim harus tetap berpegang teguh pada Kitabullah dalam Q.S. Asy-Syura ayat 11, artinya “ Tiada sesuatu pun serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” 

Tertawanya Allah tidak sebagaimana sifat makhluk-Nya. Oleh sebab itulah kita wajib menerima tanpa menyelewengkan makna, menolak, maupun mengumpamakan sifat-sifat Allah SWT dengan dzat lainnya. 

Diriwayatkan  dari Abu Hurairah R.A dari rawi keduanya, Imam Bukhari & Muslim ( Shahih Muslim No. 3505) bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : " Allah Tertawa terhadap dua orang yang saling membunuh, Tapi keduanya masuk surga. " 

Para sahabat bertanya.. : " Bagaimana demikian itu bisa terjadi Ya Rasulullah? ",  Beliau (Rasul) menjawab : 

1. " Seseorang Terbunuh Kemudian Dia Masuk Surga ”
Allah memasukkan  surga kepada siapa pun sesuai kehendak-Nya. Termasuk orang terbunuh karena alasan tertentu ketika terjadi perselisihan di antara keduanya. Bagi pembunuh mendapat balasan setimpal atas perbuatannya. Barang siapa membunuh manusia bukan karena orang itu menimbulkan kerusakan atau bukan karena orang itu membunuh orang lain,  maka celakalah mereka.

Perbuatan pembunuhan itu seolah-olah dosanya sama seperti membunuh seluruh manusia di bumi.  Allah SWT tidak segan-segan memberi balasan setimpal kepada orang berbuat dzalim. Si pembunuh juga bakal merasakan panasnya api neraka, dimana siksa akhirat tentu menjadi penyiksaan paling kejam bagi setiap orang yang membangkang perintah syariat islam, terlebih sampai membunuh orang lain. 

2. “ Kemudian Allah menerima taubatnya seorang Pembunuh tersebut, dan menunjukinya untuk masuk Islam, setelah itu dia berjihad di jalan Allah dan akhirnya mati syahid."
 
Ternyata Allah SWT berkehendak lain, Bukannya pembunuh itu disiksa ke dalam ganasnya api neraka. Namun ia telah dimasukkan surga seperti orang yang ia bunuh sebelumnya. Lantas mengapa demikian….?, Allah telah menerima taubatnya si pembunuh, karena ia mau bertaubat kemudian masuk Islam.

Ia juga mau berjihad dijalan Allah, sebuah perkara mulia yang perlu diterapkan bagi setiap orang muslim. Ini berarti Dia telah berusaha memperbaiki kualitas diri agar menjadi seorang yang benar-benar bertaubat, mengharap segala dosa-dosanya diampuni dengan  menegakkan agama Allah. Sesampai waktu ajalnya menjemput, Dia tergolong sebagai orang mati syahid. Kemudian Allah SWT memasukkannya ke dalam surga, sehingga mendapatkan kenikmatan abadi di dalamnya.

Kisah tertawanya Allah atas kejadian tersebut dapat dipetik kesimpulan, Bahwa Allah Sang Maha Agung tidaklah sulit bagi-Nya untuk membuat manusia berakhlak buruk menjadi mulia. Dialah dzat yang Maha Membolak-balikkan hati setiap makhluk, berkuasa atas segalanya, mengampuni dosa-dosa, serta memberikan pertolongan kepada hamba yang berkenan meminta pertolongan dari-Nya. Ingatlah kembali, bahwa sifat  tertawanya Allah  tidaklah seperti sifat makhluk-Nya. Jadi  kalimat “Allah Tertawa” hanya cukup diyakini sebagai landasan keimanan kita kepada-Nya.