Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Subhanallah Pasangan Suami Istri Ini Membuat Allah Kagum, Kenapa ?

Gambar: pinterest
Keridhoan Allah SWT senantiasa diberikan kepada setiap makhluk hidup yang setia akan tuntunan-Nya. Berbagai ciptaan–Nya pun hakikatnya bertujuan supaya mereka dapat beribadah kepada-Nya. Sedangkan manusia dianugerahkan akal beserta hati, diciptakan berpasang – pasangan, berkelompok – kelompok, bermacam – macam bahasa serta suku,  agar semuanya mampu berpikir kembali akan kebesaran Allah yang Maha Agung. Bahkan, setiap amalan dikerjakan hanya bertujuan untuk menggapai ridho-Nya. Tapi, mengapa kita masih sering lupa akan perkara itu..?

Kini saatnya kita mengingat cerita tentang perilaku sahabat Nabi terdahulu, dimana mereka semua rajin berbondong – bondong untuk mengejar kebaikan dan keimanan. Disini tak lain yaitu seorang lelaki Anshar beserta istrinya yang berkenan mencontohkan perilaku mulia, sehingga membuat Allah SWT kagum kepada keduanya. Dikisahkan dalam sebuah riwayat Imam Muslim dan lainnya dari sahabat Abu Hurairah r.a, katanya : Terdapat seorang laki –laki datang menemui Rasulullah SAW, dan lelaki itu berkata : “ Aku benar – benar dalam kesusahan ”.

Sembari Baginda SAW pun mengirim utusan pergi menemui beberapa orang istrinya, salah seorang istri dari mereka pun berkata : “ Demi Dia yang mengutusmu dengan agama yang hak, aku tidak mempunyai apa – apa kecuali air.” Kemudian utusan itu pergi kepada istri yang lain, ia juga menjawab sebagaimana jawaban istri yang pertama, sehingga semua istrinya berkata dengan kalimat sama, “ Demi Dia yang mengutusmu dengan agama yang hak, aku tidak memiliki apa – apa kecuali air dingin.”

Seraya Rasulullah SAW bersabda : Siapakah yang akan menerima lelaki ini sebagai tamu, Allah SWT akan merahmatinya.” Maka seorang lelaki Anshar bangun sambil berkata : “ Aku ya Rasulullah”. Kemudian laki – laki Anshar tersebut membawa tamunya itu ke rumahnya, kemudian berkata kepada istrinya : Adakah kamu mempunyai sesuatu untuk dimakan ? Istrinya pun menjawab : “ Tidak ada, kecuali makanan untuk anak kecil kita”. Lalu lelaki ( suaminya ) itu berkata kepada istrinya : “ Cobalah layani tamu kita dengan sesuatu yang dapat menarik perhatiannya dari makanan, kemudian tidurkanlah. Apabila tamu kita masuk, padamkanlah lampu dan kita berpura – pura makan.”

Tamunya pun duduk menghadapi hidangan kemudian memakan makanan tersebut. Sedangkan sepasang suami istri itu menghabiskan waktu malamnya dengan keadaan kelaparan. Setibanya esok hari, mereka ( suami istri ) menemui Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda : “ Sesungguhnya Allah SWT kagum dengan perbuatan kalian berdua kepada tamu – tamu semalam. ” Berdasarkan riwayat lain memiliki tambahan : “ Maka diturunkanlah ayat Al – Quran Sebagai berikut :

 “…..dan mereka mengutamakan ( orang – orang muhajirin ), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan ( apa yang mereka berikan tersebut )…..” ( Q.S Al – Hasyr: 9 )

Sebagaimana diterangkan dalam tafsir Ibnu katsir, hadist riwayat Imam muslim diatas menunjukkan, bahwa nama lelaki yang bertamu itu adalah Abu Thalhah r.a. Berdasarkan keterangan dalam At – Targhib, hadits serupa juga dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan An Nasa’i. Perlu juga diketahui bahwa Kata “ Kagum ” dalam hadits diatas merupakan  salah satu sifat fi’liyah yang telah ditetapkan oleh Ulama’ Ahlussunah Wal Jama’ah. Terdapat pula sebagian penafsir hadits yang berpendapat bahwa Allah SWT ridho terhadap apa yang dilakukan oleh keduanya, sebagaimana dalam syarah Riyadhush Shalihin.

Dari kisah pasangan suami istri yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW ini, maka setidaknya kita dapat mengambil kesimpulan :

1. Memuliakan tamu merupakan sebuah kewajiban dalam Islam
2. Allah SWT selalu memantau kepada setiap hambanya, mengawasi amal perbuatan manusia, serta mengetahui keadaan mereka secara detail
3. Diperbolehkannya seseorang memindahkan tamu ketika seseorang tersebut tak sanggup menjamunya
4. Kisah tersebut memang patut jadi suri tauladan, karena meski tidak banyak memiliki persediaan mengenai kebutuhan duniawi, tetapi tetap memiliki rasa bermurah hati
5. Keridhaan Allah tidak hanya terletak besarnya keimanan, tapi juga ditentukan oleh perilaku seseorang dalam bersosial dengan sesama
Semoga kita semua tidak putus asa dari namanya belajar berprilaku baik, bertutur kata sopan, apalagi ketika ada tamu yang hendak berkunjung ke rumah idaman Anda.
Ditulis Oleh : Arbamedia  /  Ar. M