Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Keajaiban Perempuan dalam Surat Al-Imran

image: mindislam
Manusia dilahirkan dengan berpasang-pasangan. Bukan hanya manusia, namun alam semesta pun demikian. Seluruh manusia di dunia berasal dari satu manusia pertama yaitu Nabi Adam. Dari tulang rusuk Adam lahirlah Hawa, seorang perempuan yang melahirkan anak-anak Adam sebanyak 24 kali. Kelahirannya tidak pernah satu, semuanya kembar. Jumlah anak Adam keseluruhannya berjumlah 48.  

Kita lahir karena perempuan, dan karena perempuan pula lah Adam diturunkan ke dunia. Perempuan bisa saja mengangkat derajat lelakinya, namun tidak sedikit orang yang ‘jatuh’, juga karena perempuan. 

Diabadikan sejarahnya, istri Imran yang menginginkan anak laki-laki. Hingga turunlah ayat yang mengundang pengkajian mendalam,  posisi antara perempuan dan laki-laki. Dengan sangat “jenius” Tuhan menyimpan makna-makna di dalam Al-Qur’an agar kita senantiasa mengerti, mempelajari Al-Qur’an selaku petunjuk bagi umat manusia.

Surah Al-Imran ayat 35, 


“ ketika Istri Imran berkata “ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepadamu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak), menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu)...”

Nazar berbeda dengan hajat. Seseorang yang bernazar biasanya lebih ‘cepat’ dikabulkan dari pada berhajat. Dalam kitab karangan Al-Qurtubi, Al- Jami bi ahkamil qur’an (hal 100-101), menjelaskan nama dari Istri Imran adalah Hanan, apa yang dikehendaki oleh Hanan adalah anak laki-laki. Beliau mengartikan Al-hurru dengan makna laki-laki. Dalam arti lain, Al-hurru bermakna kebebasan. Hanan memikirkan jika yang bebas itu adalah laki-laki, tetapi banyak ulama’ yang mengartikan al-hurru sebagai anak saleh. 

Muhammad SAW lahir 571 Masehi, di mana masa itu adalah masa perbudakan, turunnya ayat di atas sekaligus mempertegas tentang revolusi kemanusiaan yang ia emban. Ayat ini pula memberikan ketakutan kepada kaum kafir Qurays, sebagaimana yang diinginkan oleh Hanna, anak laki-laki yang diambil dari kata al hurru berarti bebas. 

Jika kita perhatikan, memang yang bebas adalah laki-laki, laki-laki bebas melakukan perjalanan ke mana pun itu tanpa ada ikatan. Berbeda dengan perempuan yang setiap langkahnya dipenuhi aturan, orang tua tidak akan serta merta membiarkan anak perempuannya bebas ke mana pun ia pergi. Setelah menikah, anak perempuan akan terikat dengan suami, setiap ‘geraknya’ harus terlebih dahulu meminta izin. 

Pada ayat selanjutnya Al-imran ayat 36 menjelaskan bahwa, tatkala Maryam lahir, Hanna mengajukan keluhan “ya Allah aku telah melahirkan anak perempuan”, Perempuan yang terlepas dari benak Hanna, memang sering mengajukan keluhan, itulah perempuan. Perempuan secara psikologis ‘banyak keinginan’ ditunjang dengan karakternya yang “maha indah”, senang dengan keindahan. Di zaman ini, Indonesia yang mayoritas muslim, model hijab terbanyak di dunia adalah di tanah air ini. Fashion atau penampilan termasuk ‘keinginan’ bagi perempuan untuk cantik. Jika tidak pintar-pintar dan bijak, ,maka keinginan-keinginan itu bisa saja melenakan.

Hanna dari perutnya lahirlah perempuan, terlepas dari keinginannya yang menginginkan laki-laki. Sementara Allah menjawabnya dengan baik, “Aku lebih mengetahui apa yang engkau lahirkan itu”. Hal ini patut untuk kita jadikan pelajaran, pengetahuan tidaklah untuk disombongkan. Allah yang Maha berpengetahuan tidaklah lantas ‘marah’ kepada Hanna karena keluhan atas ‘skenario-Nya’. Bisa juga kita artikan demikian, ‘’seorang pemimpin yang mendapatkan kekeliruan dari apa yang dilakukan oleh bawahannya’’. Ayat ini menjadi petunjuk untuk tetap berkomentar baik kepada bawahan. Demikian Al-Qur’an dengan segala pengetahuan di dalamnya, di dalam ayat ini kita bisa menemukan ilmu psikologi.

Dan, Tuhan sendiri yang memberikan ia nama Maryam, dan juga keutamaan yang diberikan oleh Allah dengan menjaganya dari syaitan yang terkutuk. Di balik pemberian, selalu saja ada hikmah yang Allah telah mengaturnya. Maka dari itu, landasan utama bagi ummat manusia adalah mensyukuri setiap pemberian-Nya. 

Lantas, Kenapa Maryam tidak memiliki suami?, Al-Qurtubi menjelaskan, karena tidak ada laki-laki yang sesuci Maryam. Tak ada laki-laki yang setingkat dengan Maryam. Oleh karena itu, Maryam menjadi orang yang ‘bebas’ karena ia tidak bersuami. Tuhan menerima doa Hanna, ‘’mafi batni muharraran’’, apa yang ada di dalam kandunganku ini adalah “laki-laki” atau yang bebas. Hal ini menegaskan, tiadalah Tuhan mengingkari janjinya. Dan Allah Maha Tahu dari apa-apa yang tersembunyi, sekalipun di hati manusia. 

Hanna menginginkan laki-laki dan Tuhan memberikannya perempuan. Perempuan yang bernama Maryam inilah yang akan melahirkan Nabi Isa, Nabi Isa seorang laki-laki. Ada pepatah demikian: kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Sama halnya dengan doa, semua doa akan diterima oleh Allah, bisa saja doa itu akan diterima segera, dan bisa juga anak keturunan kitalah doa itu dikabulkan. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk selalu berdoa yang baik-baik. 

Dari laki-laki Hawa ada, dan dari Maryam Nabi Isa lahir.  Dan kita semua lahir dari perempuan, di dalam darah laki-laki ada darah perempuan, begitu pun sebaliknya. Kualitas pengetahuan kitalah yang akan membedakan laki-laki dan perempuan, bukan lagi dari biologisnya, melainkan dari segi kemampuan menjadi “khalifah fil ard” (pemimpin di muka bumi).

Oleh : Acca / Arbamedia